Masyarakat Ekonomi ASEAN telah menjelang. Setiap negara dan elemen yang terdapat didalamnya tengah menyiapkan diri untuk dapat bersaing dengan negara lainnya. Industri keuangan syariah Indonesia pun bersiap diri. Salah satu yang ditekankan adalah mengenai bursa komoditi syariah.
Spesialis Kebijakan dan Standar Internasional Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Setiawan Budi Utomo, menuturkan menjelang era Masyarakat Ekonomi ASEAN bursa komoditi syariah mutlak diperlukan karena untuk ke depan pengembangan produknya diperlukan agar bisa bersaing, hanya tinggal positioning saja. “Bagaimana undang investor asing kalau tidak ada produknya disini? Kita harus menyiapkan itu semua,” ujar Setiawan, dalam Seminar Peluang dan Tantangan Pengembangan Komoditi Syariah di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kamis (19/6).
Selain itu, menghadapi MEA perbankan syariah juga dituntut untuk meningkatkan pelayanan agar setara dengan bank konvensional, meningkatkan infrastruktur setara dengan perbankan konvensional dan juga harus meningkatkan variasi dan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sementara, Research and Development Officer Bursa Berjangka Jakarta, Isa Abiyasa Djohari, mengatakan di Malaysia sudah ada Bursa Suq Al Sila yang mengkhususkan pada komoditi syariah, oleh karena itu komoditi syariah Indonesia pun harus punya daya saing. “Kita punya potensi besar nilai komoditi yang tinggi dan jumlahnya banyak, maka ini bisa menjadi daya tarik bagi investasi asing, dan meningkatkan volume transaksi. Kalau punya daya saing maka bisa kemana-mana,” ujar Isa. Selain itu, lanjutnya, juga bisa meningkatkan potensi manfaat bagi pelaku usaha komoditi yang dimanfaatkan oleh komoditi syariah.
Isa pun menambahkan bahwa komoditi syariah memiliki potensi manfaat bagi sektor riil, dimana pelaku usaha akan memperoleh pelebaran akses pasar, dan memberikan manfaat tambahan bagi komoditi idle yang tersimpan di gudang pelaku usaha komoditi. “Bila komoditi syariah bisa dimanfaatkan dengan baik, besarnya nilai komoditi di Indonesia berpotensi menghasilkan nilai transaksi yang besar, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri keuangan syariah untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata Isa.
Bagi lembaga keuangan syariah, Isa memaparkan komoditi syariah memiliki sejumlah manfaat untuk pembiayaan, pasar uang antar bank syariah, dan islamic profit rate swap. “Untuk potensi perluasannya kalau komoditi syariah dapat izin penggunaan mata uang asing maka cross currency swap bisa dilakukan,” kata Isa. Jakarta Futures Exchange merupakan bursa berjangka pertama di Indonesia, yang memiliki sistem perdagangan berjangka, sistem lelang komoditi fisik dan sistem komoditi syariah.
Spesialis Kebijakan dan Standar Internasional Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Setiawan Budi Utomo, menuturkan menjelang era Masyarakat Ekonomi ASEAN bursa komoditi syariah mutlak diperlukan karena untuk ke depan pengembangan produknya diperlukan agar bisa bersaing, hanya tinggal positioning saja. “Bagaimana undang investor asing kalau tidak ada produknya disini? Kita harus menyiapkan itu semua,” ujar Setiawan, dalam Seminar Peluang dan Tantangan Pengembangan Komoditi Syariah di era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kamis (19/6).
Selain itu, menghadapi MEA perbankan syariah juga dituntut untuk meningkatkan pelayanan agar setara dengan bank konvensional, meningkatkan infrastruktur setara dengan perbankan konvensional dan juga harus meningkatkan variasi dan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sementara, Research and Development Officer Bursa Berjangka Jakarta, Isa Abiyasa Djohari, mengatakan di Malaysia sudah ada Bursa Suq Al Sila yang mengkhususkan pada komoditi syariah, oleh karena itu komoditi syariah Indonesia pun harus punya daya saing. “Kita punya potensi besar nilai komoditi yang tinggi dan jumlahnya banyak, maka ini bisa menjadi daya tarik bagi investasi asing, dan meningkatkan volume transaksi. Kalau punya daya saing maka bisa kemana-mana,” ujar Isa. Selain itu, lanjutnya, juga bisa meningkatkan potensi manfaat bagi pelaku usaha komoditi yang dimanfaatkan oleh komoditi syariah.
Isa pun menambahkan bahwa komoditi syariah memiliki potensi manfaat bagi sektor riil, dimana pelaku usaha akan memperoleh pelebaran akses pasar, dan memberikan manfaat tambahan bagi komoditi idle yang tersimpan di gudang pelaku usaha komoditi. “Bila komoditi syariah bisa dimanfaatkan dengan baik, besarnya nilai komoditi di Indonesia berpotensi menghasilkan nilai transaksi yang besar, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri keuangan syariah untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata Isa.
Bagi lembaga keuangan syariah, Isa memaparkan komoditi syariah memiliki sejumlah manfaat untuk pembiayaan, pasar uang antar bank syariah, dan islamic profit rate swap. “Untuk potensi perluasannya kalau komoditi syariah dapat izin penggunaan mata uang asing maka cross currency swap bisa dilakukan,” kata Isa. Jakarta Futures Exchange merupakan bursa berjangka pertama di Indonesia, yang memiliki sistem perdagangan berjangka, sistem lelang komoditi fisik dan sistem komoditi syariah.
Sumber : MySharing.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar